Pertemuan terakhir itu seminggu yang lalu saat awal bulan dan ditemani gerimis malam.
Mengajaknya berbincang Da...Da...Da...demi memecahkan suasana ketakutan. Membuat langkah pertama dan mengabaikan miris ini asalkan dibalik layar ini ada dia, Pelindung malam. Entah masih dan sembunyi, atau mati dan kasihan.
Jika saja aku berteman dengan angin, maka kuminta jadikan aq sekutu mereka malam ini melewati ribuan
jarak hanya membawa satu asa agar bisa mengambil sebagian beban dipundaknya.
Jika saja aku berkawan dengan sekumpulan gemintang, maka hantarkan terang dan hangat doaku diam-diam karena hadirku tak diharapkan.
Sesaat hanya duduk dan menerka kalimat apa yang muncul dihantarkannya. Menerka waktu tempuhnya tiba. Mengira-ngira seberapa kuat keingintahuannya membuka wacana pada masa sesaat ini.
Namun semua fana dan berakhir cerita malam tanpa ada cerita tapi khayalan. Rasa hanya di jalan setapakku.
Kini dan kini pun hingga detik puluhan ribu yang terhempas berai karena sebelah tangan dan separuh jiwa terlalu naif membuat hujan sepanjang pelupuk mata dan manipulasi kepercayaan dipertaruhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar