Minggu, 07 Desember 2008

Pangeran Kuda Putih


Anggap aku ini adalah putri kecil yang menanti waktu datang dan menjadikanku menjadi dewasa dan aku bertemu dengan pangeranku dengan kuda putihnya yang gagah.
Anggap aku ini adalah putri kecil yang menunggu datangnya pangeranku dan membawaku pergi bersama kuda putihnya pergi dari istanaku ini.
Anggap aku ini adalah putri kecil yang menunggu datangnya meraih tanganku dan mengajaknya dengan sisa waktu perjalannya dalam waktu ku.

Aku menunggunya di tempat ini. Aku menunggumu di danau ini. Lama...dan lama aku menunggu.
Aku terus bertahan dengannya dan takkan aku berpindah karena semua yang menghadangku. Aku coba bertanya pada sungai, “Sungai, pernahkah kau mendengar berita tentang ksatria berkuda putih kekasihku itu?”. Sungai malah bergemericik, seakan menggodaku.

“Tolonglah aku danau, sejak lama kutermangu di tepimu. Menunggu-nunggu; menanti-nanti kapan dia kan datang? Bila dia datang, ingin kuganti rindu yang basah ini, dengan goyangan di atas riak permukaanmu. Ingin kusambut dia, dengan tangisan; senandung rindu. Mungkinkah itu, danau?”

“Oya, bila tiba saatnya dia datang, kuingin kau membantuku cemara! Aku khawatir, tak mampu mulutku berkata-kata. Aku tidak gagu, tak juga bisu, angin. Tapi aku khawatir lidahku kelu. Bila dia datang di waktu siang, padamu mentari, kuingin kau memberikan hangatmu. Tatkala dia lupa waktu dan berkunjung malam, bolehkah bulan, kupinjam cantikmu?”

....
“Ksatria berkuda putih yang baik hati, kapankah kau menjemputku, menciumku dan kemudian membawaku berlari?”

1 komentar:

nDY mengatakan...

suatu saat sang pangeran kan datang lebih dari yang kamu harapkan...semoga...