Wahai jelita yang sedang menata cahaya malam. Ceritakan rencanamu untuk menemuinya. Jika pujangga hendak menjemput di daerah rumahmu, maka aku yakin kau takkan keluar. JIka pujangga hendak melihatmu, maka sang surya memberi gelap.
…setelah lewat beberapa waktu, pujangga berkata melewati angin yang sedikit demi sedikit menghimpir akan menemuimu.
“Wahai Jelita yang malang, kau membalas keinginan melalui perantara. Beri aku dua minggu”.
Aku bertanya kenapa harus dua minggu untuk menemuinya? Tidakkah itu sedikit egois.
Jelita memandang sang Surya yang kelelahan menutupinya.
“Aku hanya butuh waktu itu saja. Jika kau piker aku egois maka ketakutanku yang membuatnya”.
“Wahai pujangga, meski kau tak tahu aku ada. Maukah selama itu kau tetap memandang dinding dihadapanmu menungguku?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar